Tamu Di Negeri Sendiri

Masih tentang perjalanan saya keliling Lombok, kisah kali ini adalah hari pertama saya mulai mengelilingi pulau Lombok. Sesaat semalam tubuh terasa meriang dan tergelatak tak berdaya di 'desa orang' sendiri pula.    Duh begini rasanya saat jadi Solo Travellers dan sakit...sedih??? tentu tidak, solo traveller adalah pilihan dan ini adalah konsekuensi yang harus saya tanggung!!!!
Rencana hari pertama saya di Lombok adalah mengunjungi Gili Trawangan, setelah tubuh terkapar semalaman berharap pagi ini segar dan bisa menikmati taman bawah laut Gili Trawangan yang terkenal Indah. Ada tiga pilihan untuk bisa sampai di pelabuhan Bangsal, Pertama: naek taxi dari Mataram ke Bangsal dengan tarif kurang lebih Rp80.000 dan saya gak punya banyak uang untuk di 'hambur-hamburkan'. Kedua: dengan menggunakan angkot dan harus pindah dari satu angkot ke angkot lain dan saya gak tau berapa lama waktu yang dibutuhkan dan berapa biayanya. dan Ketiga, alternatif yang terakhir adalah dengan menggunakan ojek, dengan biaya Rp25.000-Rp30.000.
Saya pilih alternatif ke tiga, karena saya tidak punya banyak waktu untuk sampai di Gili Trawangan, selain itu  keberangkatan terakhir Day Tour Gili jam 10.00 pagi, sedangkan saya berangkat dari mataram jam 08.00am, alhasil saya pergi dengan menggunakan Ojek dengan harapan saya bisa sampai di Gili Trawangan sebelum jam 10.00 dan masih bisa mencari paket Day Tour Gili yang murah.
Kira-kira jam 08.30 saya sampai di pelabuhan bangsal, pelabuhan ini adalah tempat berkumpulnya perahu-perahu yang akan mengantar saya ke Gili Trawangan atau Gili Air. Saya memilih untuk menyebrang ke Gili Trawangan berharap bertemu teman saya yang sudah lebih dulu mendarat disana. Dengan membeli karcis Rp 10.000 (atau langsung bayar ke kru) perahu saya langsung naik perahu ke Gili Trawangan. Di setiap perahu ada bendera dengan warna yang berbeda-beda, sehingga penumpang dapat dengan mudah mengetahui perahu mana yang akan menyebrang ke Gili Trawangan atau Gili Air. Kenapa cuma ada 2 penyebrangan, karena kedua gili tersebut cukup ramai penghuninya.
Sekitar 30 menit berlayar, saya sampai di Gili Trawangan. Sedikit shock melihat kondisi di Gili Trawangan, bukan karena kondisi pantainya yang kotor atau pulaunya yang sepi. Saya kaget seketika melihat hampir semua pengunjung adalah turis mancanegara, dan saya benar-benar merasa tamu di negeri sendiri. Tak hanya pengunjung yang mayoritas turis, namun hampir semua fasilitas di Gili Trawangan adalah milik Warga Negara Asing (WNA) mulai dari hotel, restoran, Snorkeling day trip.
Setelah beberapa menit keliling Gili Trawangan untuk membandingkan harga, saya dapat paket Snorkeling trip cukup murah, Rp 100.000 (termasuk snorkeling kit) namun tidak termasuk breaklunch, saya harus nambah Rp. 20.000 untuk dapat paket breaklunch.  Karena saya sangat mengenal kondisi tubuh saya yang kuat gak makan seharian kalau bermain air, terutama snorkeling.
Di atas boat ada sekita 30 orang peserta trip, dan hanya ada 4 orang lokal yaitu saya dan 3 kru kapal. Sungguh terasa tamu di negeri sendiri, saya rasa 3 kru kapal tersebut adalah TKI dan saya sendiri adalah 'wisatawan asal Indonesia'.
Kanan kiri semua turis dan saya sendiri orang lokal, dan tidak ada turis cewek yang jalan sendiri mereka semua pada punya 'bodyguard' jadilah ketiga kru kapal menjadi teman ngobrol saya selama snorkeling trip. Di tambah lagi saya gak dapat tempat duduk di dekat Glass Bottom boat yang bisa ngeliat suasana bawah laut dari atas kapal, terpaksa saya harus duduk disebelah nahkoda kapal.
Tak seperti saat di Karimun Jawa, yang ada paket underwater camera, Day Trip di Gili Trawangan tak ada paket underwater camera alhasil tak ada dokumentasi taman bawah laut Gili Trawangan yang terkenal akan keindahannya. Bagi saya snorkeling di taman bawah laut Gili Trawangan memang indah, tapi jenis ikannya tidak sebanyak di Gili Air. Snorkeling spot yang paling saya suka memang di Gili Air. Tak hanya snorkeling spotnya yang bagus, pantai dan kondisi pulaunya juga bagus, karna memang pengelola resort di Gili Air adalah orang prancis, gak kebayang kalo pengelola pulau Gili Air adalah orang pemerintahan atau orang lokal yang tidak care terhadap kelestarian dan keindahan alam, pasti sangat tidak enak untuk dilihat, kemungkinan besar adalah banyaknya sampah (maaf). Memang dengan dikelolanya Gili Air oleh warga negara asing adalah menjadi langkah yang efektif untuk menjaga agar keindahan pulau Gili Air tetap terjaga, tidak hanya kondisi pulau, tapi juga pantai dan taman bawah lautnya.

1 komentar: