Backpacker akhir-akhir ini sudah mulai dipilih banyak orang sebagai 'alternative' untuk melakukan perjalanan. Banyak referesnsi-referensi di internet tentang bagaimana menjadi seorang backpacker, tak hanya itu berbagai cara (itinerary) dan tips untuk mengunjungi suatu tempat-pun sudah banyak tersedia. Tapi taukah anda, meskipun itinerary yang anda gunakan adalah 'milik' backpacker lain namun hasil akhir dari backpacking anda tidak akan selalu sama ????.
Tulisan dengan judul "Backpacker itu tak sama" kali ini membahas tentang perbedaan antara backpacker satu dengan backpaker lainnya. bukan mengenai kepribadiannya tapi tentang schedul (itinerary), akomodasi, dan hasil akhir dari masing-masing backpacker.
Sebelum saya cerita lebih lanjut mengenai perbedaan backpaker, terlebih dahulu akan saya jelaskan mengenai sudut pandang saya tentang backpacking. Backpacking adalah jalan-jalan secara mandiri, semua dilakukan sendiri mulai dari menyusun jadwal (itinerary), mencari akomodasi, hingga dapat sampai di tujuan wisata dan menikmatinya. Sedangkan backpacker adalah orang yang melakukan perjalanan mandiri.
Mungkin ada dari anda yang masih mempunyai sudut pandang bahwa backpacking adalah jalan-jalan murah. tidak salah memang, tapi ongkos murah adalah konsekuensi dari usaha seorang backpacker dalam mencari akomodasi murah, bahkan jika beruntung seorang backpacker bisa mendapatkan tiket pesawat yang jauh lebih murah dari harga normal karna seorang backpacker harus sabar dalam mencari promosi tiket murah.Tidak ada travel agen yang akan menjemput kita kerumah, mengantarkan kita ke hotal untuk istirahat dan menuju tempat wisata tujuan kita. Semua direncanakan sendiri dan dijalankan sendiri (tanpa campur tangan travel agent) pula.
Dulu, saya selalu 'menjiplak' itinerary dari backpacker lain dengan harapan perjalan saya akan berjalan lancar seperti yang dilakukan backpacker lain, atau pernah membuat itinerary dengan backpacker lain yang satu tujuan dan akan melakukan perjalanan di hari yang sama tapi hasil akhirnya tidak sama, bahkan kami tidak bertemu sekalipun padahal keberangkatan kami berbeda jam dan penginapan kami hanya berjarak ratusan meter.
Saya juga pernah ingin merasakan pengalaman seperti backpacker lain, menggunakan angkot satu pendah ke angkot lain, berhenti di termial satu dan berpindah ke terminal lain bahkan sampai menumpang truk atau mobil pick-up untuk dapat menjangkau satu tempat objek wisata, namun itulah sebuah perjalanan tidak akan pernah sama.
Namun saya sadar substansi dari backpacking tidak hanya itu, seorang backpacker harus memikirkan kekurangan dari acara backpacking itu sendiri, apakah waktu, biaya murah atau tempat wisata yang akan kita kunjungi.
Waktu misalnya, Jika seorang backpacker hanya memiliki waktu yang sedikit (untuk mengejar jadwal penerbangan misalnya) tidak mungkin menggunakan satu angkot ke angkot lain untuk menuju ke tempat wisata yang jauh, maka salah satu cara yang bisa digunakan adalah menggunakan transportasi lain tentu dengan mempertimbangkan faktor harga yang masih dibilang terjangkau.
Sebaliknya jika seorang backpacker mempunyai waktu yang relatif panjang untuk sebuah perjalanan hal itu masih bisa dimungkinkan untuk dilakukan. Biaya murah akan diambil oleh para backpacker yang mempunyai waktu perjalanan yang panjang, tentu saja cerita dari perjalanan seperti ini akan lebih berwarna (tentu saja itu tergantung dari masing-masing backpacker).
Itulah mengapa saya katakan Backpacker itu tak sama, dengan itinerary yang sama, hari yang sama, cerita dibalik sebuah perjalanan pasti tidak sama. ada yang lebih senang menjadi solo backpacker namun ada yang lebih memilih untuk mencari partner dalam sebuah perjalanan, tentu semua itu memiliki kuntungan dan konsekuensinya masing-masing.
Namun saya sadar substansi dari backpacking tidak hanya itu, seorang backpacker harus memikirkan kekurangan dari acara backpacking itu sendiri, apakah waktu, biaya murah atau tempat wisata yang akan kita kunjungi.
Waktu misalnya, Jika seorang backpacker hanya memiliki waktu yang sedikit (untuk mengejar jadwal penerbangan misalnya) tidak mungkin menggunakan satu angkot ke angkot lain untuk menuju ke tempat wisata yang jauh, maka salah satu cara yang bisa digunakan adalah menggunakan transportasi lain tentu dengan mempertimbangkan faktor harga yang masih dibilang terjangkau.
Sebaliknya jika seorang backpacker mempunyai waktu yang relatif panjang untuk sebuah perjalanan hal itu masih bisa dimungkinkan untuk dilakukan. Biaya murah akan diambil oleh para backpacker yang mempunyai waktu perjalanan yang panjang, tentu saja cerita dari perjalanan seperti ini akan lebih berwarna (tentu saja itu tergantung dari masing-masing backpacker).
Itulah mengapa saya katakan Backpacker itu tak sama, dengan itinerary yang sama, hari yang sama, cerita dibalik sebuah perjalanan pasti tidak sama. ada yang lebih senang menjadi solo backpacker namun ada yang lebih memilih untuk mencari partner dalam sebuah perjalanan, tentu semua itu memiliki kuntungan dan konsekuensinya masing-masing.
kita juga punya nih artikel mengenai 'Backtracking', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/9195/1/presentasi%20sidang%20whisnu2%281%29.pdf
terima kasih
semoga bermanfaat